sang ayah memberikan sekantong paku dan menagatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah.
hari pertama anak itu menancapkan 47 paku ke pagar. lalu secara bertahap jumlah itu berkurang terus. anak itu mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.
akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut sama sekali tidak kehilangan kesabarannya. dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari di mana dia tidak marah.
hari-hari berlalu dan anak laki-laki ini akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut. sang ayah menuntun anaknya ke pagar.
kata ayahnya, "kau telah berhasil dengan baik, anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. pagar ini tidak pernah bisa sama seperti sebelumnya. luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik."ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini. kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang lalu mencabut pisau itu, tetapi tidak peduli berapa kali kamu meminta maaf, luka itu tetap ada. luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik."
No comments:
Post a Comment